fanfiction

Fanfiction Vampire Knight Part 7 & 8

What They Want?

Ken mendesah. Ia merasakan haus yang sangat merasukinya. Ia menatap dirinya di dalam cermin. “menyedihkan.” Katanya sambil tersenyum menertawai dirinya sendiri. “sudah berapa lama kau tidak meminum darah?.” Tanyanya pada dirinya sendiri. “kau harus bertahan.” Katanya lagi. “tidak sudah lebih dari lima tahun aku tidak meminum darah dan aku merindukan rasanya, sekali saja.” Pintanya sambil menelan beberapa kapsul. “menjijikkan.” Keluhnya.

Ken memutuskan untuk keluar dari kamar mandi. Ia kaget dengan adanya Rogue yang sedang duduk di tempat tidurnya. “Ken, kau selalu sendiri di tempat ini?. Seperti diterima tetapi sebenarnya di tolak?.” Tanyanya. “kita akan segera mengakhiri semua ini kan?.” Tanyanya lagi.

Ken menatapnya. “sedang apa kau disini?. Keluarah!. Jika kau ketahuan..”

Rogue mendekati Ken. “sstt.. berhentilah mengakhuwatirkan peraturan, aku kesini hanya untuk melihat keadaanmu yang sangat berantakan. Kamu sudah berapa lamakah tidak minum darah?.” Tanyanya.

“pergilah!.”

Rogue membelai Ken. “sejak dulu aku menyukaimu. Aku akan rela memberikan darahku untukmu.” Katanya.

“aku tidak membutuhkannya, kalau kau tidak mau keluar biar aku saja.” Katanya sembari meninggalkan Rogue yang terlihat sedih denan penolakan dari Ken.

***

“kenapa setelah lama disini aku masih tidak dapat menyesuaikan diri, aku merasa sangat kesepian dan merindukan mereka.” Keluh Elise yang sedang berjalan-jalan di lorong asrama. Langkah kakinya terhenti melihat sosok Ken yang sedang mendekat kearahnya. “hai.” Sapanya. Ken melewatinya. “Ken.” Panggilnya.

Ken terhenti dan menoleh kearahnya. “kau tidak perlu menyapaku seperti itu sedangkan kau sangat benci pada darah campuran, bukankah darah campuran yang telah menghabisi seluruh keluargamu?, apa kau lupa?.” Tanyanya.

“aku hanya tidak bisa tidak menganggapmu, meskipun seperti apa yang kau katakan padaku aku hanya tahu bahwa bukan kau yang membunuh mereka aku tahu kau pernah menyelamatkanku.” Katanya.

Ken tertawa mengejek. “pertolongan satu kali itu, kau terus mengingatnya?. Baiklah aku akan mengambil hutangmu setelah itu kau tidak perlu mengingatnya lagi.” Katanya. “apa kau mau?.” Tanyannya.

Elise mengangguk. “bagaimana caranya?.” Tanyanya. “apa permata itu?.” Tanya Elise lagi dengan suara yang pelan.

“apa kau mau memberikannya kepadaku?.” Tanyanya.

“aku akan berusaha.”

Ken mendesah. “tapi aku tidak membutuhkanmu untuk mendapatkannya.” Katanya. Ia mendorong Elise ke tembok. Matanya berubah berwarna coklat keemasan.

Elise mengerti dan memejamkan matanya. “aku mengerti kau boleh mengambilnya sampai kau puas. Aku akan selalu memberikannya saat kau membutuhkannya.” Jawabnya. Taring Ken merasuk kedalam tubuhnya. Ia merasakan sakit yang ditimbulkannya. “dengan ini aku akan membalas hutang budiku.” Serunya.

***

Ken merasuk kedalam ingatan masa lalu Elise. “kenapa kau membawaku kesini?.” Tanyanya pada Elise yang tersenyum kepadanya memegang tangannya dan mengajaknya berlari. Ken menatap seorang gadis kecil yang berlari sambil tertawa bersama dengan ayahnya, ia sepertinya sedang bermain di tengah hutan bersama dengan ayahnya.

            “aku bahagia.” Ucap Elise yang sedang memegang tangan Ken dengan tersenyum.

            Adegan itu tidak berlangsung lama. Beberapa orang pria datang dan membunuh ayah Elise, Elise kecil yang tak berdaya terjatuh kedalam jurang. Mereka mengira Elise kecil sudah meninggal, lalu mereka meninggalkan tempat itu.

            Setelah beberapa lama seorang laki-laki kecil muncul dari balik semak-semak setelah melihat kejadian itu. Ia berlari menuruni jurang itu untuk mencari Elise. “kau lihat laki-laki kecil itu?. Ken.” Kata Elise, Ken memandang Elise yang masih memegang tangannya.

            Ken itu berhasil menemukan Elise kecil dan mendekatinya. Elise kecil ternyata masih hidup. “apa kau baik-baik saja?.” Tanya Ken. Elise kecil yang dipenuhi luka hanya bisa menangis dan terisak. “kau haus?.” Tanyanya.

            Elise kecil menatap Ken dan mengangguk. “tapi aku masih belum memiliki taring.” Katanya.

            Ken melukai tubuhnya dan mengeluarkan darahnya, ia menyuruh Elise kecil meminumnya. Elise kecil yang awalnya enggan akhiranya meminumnya. “terimakasih.” Gumamnya.

            Ibu Elise datang sambil menangis dan terburu-buru. “Elise apa kau baik-baik saja?.” Tanyanya. Elise mengangguk. “kau?. Siapa kau?.” Tanyanya pada Ken.

            “aku Ken anak dari darah campuran, aku tahu kau pureblood maafkan aku telah memberikannya darahku, kau lihat dia sangat haus. Aku merasa kasihan.”

            Ibu Elise memandang Ken seraya tersenyum. Ia membelai kepala Ken kecil. “kau tidak melakukan kesalahan. Tanpamu aku yakin Elise tidak akan bertahan. Terimakasih. Aku yakin suatu hari nanti kau akan menjadi seseorang yang lebih hebat daripada pureblood.” Katanya.

            Elise dewasa yang sedaritadi memegang tangan Ken tersenyum. “Ken aku tahu sekarang kalau kau berbeda dari darah campuan yang lain.” Katanya. “aku tidak akan pernah membencimu.” Katanya, Ken menatapnya. Ia terdiam.

***

Ethan menatap Ruka. “laki-laki itu.” Katanya penuh dengan kemarahan.

Ruka menatap Ethan. “ada apa?.” Tanyanya.

Ethan bisa merasakan bahwa taring ken sudah merasuk kedalam leher Elise. Ia terdiam. Dan bergumam. “aku akan membiarkannya untuk sementara waktu.” Katanya. Ruka memandangnya.

“apa kau cemburu?.” Tanya Ruka.

Ethan memandangnya, kemudian mengigit leher Ruka. “Ethan.” Panggil Ruka.

***

Ken merasa seperti tersedak, ia mencabut taringanya dari leher Elise. Elise tampak khawatir. “apa kau baik-baik saja?.” Tanyanya.

Ken menatapnya. “aku tidak apa-apa mungkin karena aku sudah lama tidak minum darah.” Katanya. “kenapa kau membawaku melihat masa lalumu?.”

Elise terdiam. “aku bukan.. sebagian dari diriku yang mengingikannya.” Elise tersenyum. “saat ayahku meninggal, perang itu dimulai saat itu aku mungkin masih berumur 8 tahun dan setelah usiaku 10 tahun ibuku membawaku ke tempat tinggalku sekarang.” Kata Elise menjelaskan.

“aku tidak peduli.” Jawab Ken. “kau tidak perlu mengingatnya lagi, bagiku kau sudah membayar hutang budimu.” Katanya. “aku harap kau tidak perlu cemas.”

Elise berteriak. “waktu itu saat pertama kali kau menjemputku kau tidak bersikap sedingin ini padaku. Tapi kenapa saat ingatanku sudah kembali kau berubah?.” Tanya Elise.

“karena saat kau sadar, semuanya telah berubah.” Kata Ken dengan dingin.

“tidak, ada satupun yang tidak berubah.” Ken mentap Elise. “aku tidak akan pernah berubah.” Katanya. “dari dulu saat pertama kali kita bertemu sampai sekarang.”

Ken tertawa mendengar pernyataan Elise. “apa kau tidak pernah berpikir apa yang sebenarnya para darah campuran inginkan waktu itu?.” Tanya Ken.

Elise menggeleng. “apa yang mereka inginkan?.” Tanyanya.

“mereka menginginkan permata hitam itu untuk menjadikan mereka berkuasa, tapi dibalik itu mereka ingin membalaskan dendam mereka, mereka ingin melihat kehancuran pureblood. Kehancuranmu.” Katanya.

Elise memandang Ken seakan tidak percaya. “kata-katamu begitu menyakitkan.” Katanya.

“beginilah aku. Aku adalah musuhmu dan jangan berharap aku bisa menjadi temanmu.” Ken meninggalkan Elise.

Elise memegang lehernya. “baiklah jika hal ini yang kau inginkan Ken.” Gumamnya.

***

Elise mengobati luka dilehernya. “gigitannya sama sekali tidak menyakitkan.” Airmatanya jatuh. “tapi.. kata-katanya sangat menyakitkan.” Katanya. “kupikir kita bisa menjadi teman, tapi ternyata kau tidak menginginkannya.” Katanya.

Ethan masuk kedalam kamar Elise, Elise kaget dibuatnya. Ethan menghampiri Elise. “kenapa kau menangisinya?.” Tanyanya.

“kenapa kau masuk tanpa mengetuk pintu dulu?.” Elise menatap Ethan.

“Elise hutangmu sudah kau lunasi. Lain kali jangan biarkan seseorang mengambil darahmu lagi kecuali aku. Apa kau mengerti?.” Tanyanya.

“kau tahu?. Apa kau marah padaku?”

Ethan menggeleng. “aku percaya padamu.” Katanya.

Elise terdiam, ia memeluk Ethan. “maafkan aku, aku telah menyakitimu. Aku menyayangimu.” Katanya.

“asal kau mengingat saat dimana kita bersama, kau dan dia memang memiliki kenangan masa kecil. Tapi, masa kecilmu kau habiskan bersamaku.”

Elise mengangguk. “aku benar-benar tidak akan mengulanginya lagi.”

Ethan melepaskan pelukan Elise. “apa kau haus?.” Tanyanya.

Elise menggeleng. “aku hanya sedikit lelah.” Katanya seraya tersenyum pada Ethan.

Ethan membelai wajah Elise dan mencium bibirnya. Elise memejamkan matanya. Asal kau bahagia, aku juga bahagia. Kata Ethan dalam hati.

***

Gwen masuk kedalam kamar, ia melihat Elise yang duduk termenung. “ada apa?.” Tanyanya.

“tidak, tidak ada apa-apa.” Jawab Elise singkat.

“pasti terjadi sesuatu.” Kata Gwen penuh kecurigaan.

“apa Ken selalu bersikap kasar pada setiap orang?.” Tanyanya.

Gwen terdiam, ia mencoba mencerna kata-kata dari Elise. “apa maksudmu?. Ken bahkan tidak pernah berbicara kasar sebelumnya padaku.”

Elise menatap Gwen. “apa yang sebenarnya mereka mau?.” Tanyanya.

Gwen terdiam, ia tidak mengerti maksud dari perkataan Elise. “siapa?.”

“mereka menginginkan kehancuaran dan kesengsaraan pureblood?.” Katanya. “selama ini aku mencoba untuk tidak dendam, tapi kata-kata Ken membuat aku sadar kalau aku sangat membenci darah campuran yang telah menghancurkan keluargaku termasuk hidup pureblood.”

“Elise apa sebenarnya yang telah Ken katakan kepadamu?.” Tanyanya.

Elise menggeleng. “aku menyukainya sepanjang hidupku setelah bertemu dengannya, aku sangat menyayanginya. Tapi dia malah memberikan duri padaku. Rasanya sangat sesak disini.” Elise memengang dadanya.

“Elise apa yang sedang kau bicarakan?.”

“tanyakan pada Ken.” Jawabnya singkat. Gwen terdiam menatap dengan sedih Elise. “sekarang aku benar-benar merasa kesepian disini.” Katanya lagi.

My Beloved Father

Ken menghadap kepala sekolah. “masuklah.” Katanya.

“ada apa Anda memanggil saya?.” Tanya Ken.

Kepala sekolah tertawa. “kau tidak perlu bicara formal seperti itu saat berada disini.” Katanya.

“langsung saja.” Kata Ken.

“kau selalu terburu-buru. Tunggulah ada seseorang lagi.” Kata kepala sekolah.

Elise masuk ke ruangan Ken. Ia kaget melihat kehadiran Ken, tapi Ken terlihat seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

“ada apa kepala sekolah?.” Tanya Elise.

“putri ini adalah tugas pertamamu, sebelumnya ini merupakan tugas untuk Gwen tapi Gwen mengatakan kalau dia sedang tidak dalam kondisi yang baik dan menyarankan kalau aku memilihmu. Apa kau keberatan aku memberimu tugas?.”

“apa aku bisa menolak?.” Tanya Elise.

Kepala sekolah mengangguk. “kau punya hak sebagai pureblood.” Katanya.

Elise menggeleng. “tolong perlakukan saya sama seperti yang lain dan mungkin pertanyaan ini kepala sekolah ajukan pada Ken saja, apa dia mau.”

“Ken?.” Tanya kepala sekolah. “apa kau tidak keberatan?.”

“ini tugas, aku tidak bisa menolaknya. Sekarang apa yang akan kami lakukan?.” Tanyanya.

“eh, baiklah akan aku jelaskan. Pergilah ke desa Eregon dan carilah vampire level C disana, kalian ingat jangan sampai kalian terluka kalian harus bekerjasama. Setelah menemukan mereka kalian harus membawa pulang sampelnya untuk mengetahui penyebab penyakitnya. Itu akan di teliti di laboratorium kita.” Kata kepala sekolah sembari menyerahkan secarik kertas. “ini tempatnya.” Katanya.

Ken langsung mengambilnya dan beranjak pergi. Elise mengikutinya dari belakang. Mereka keluar dari ruang kepala sekolah.

***

“apa kau merasa tidak nyaman?.” Tanya Elise.

Ken tidak menjawab pertanyaan dari Elise, ia menyerahkan secarik kertas yang diberikan oleh kepala sekolah tadi kepadanya. “simpan ini, kita akan menyelesaikan tugas pertamamu dengan cepat.” Katanya.

Elise mengangguk. “baik.” Jawabnya. “tapi seperti apa vampire level E itu?.” Tanya Elise.

“jangan banyak tanya kau akan tahu nanti.” Jawabnya.

Elise berjalan cepat mengikuti langkah panjang Ken. Ethan bersama Ruka menatapnya. “sayang sekali tugas pertamanya diberikan bersama Ken.” Kata Ethan.

“apa kau ingin bersamanya?.” Tanya Ruka.

Ethan tersenyum. “siapa kira aku ingin menghabiskan waktuku lebih banyak dengannya. Ruka kita masuk kelas saja.” Katanya. Ruka mengikuti Ethan masuk ke kelas.

***

“kau berbohong, sebenarnya kau tidak sakitkan?.” Tanya Ruka pada Gwen yang sedang berjalan menuju ruang kelasnya.

Gwen tersenyum menatap Ruka. “lantas apa masalahnya?.” Tanyanya.

“kenapa kau melakukannya?.” Tanya Ruka sekali lagi pada Gwen.

“kanapa kau suka sekali mengurusi urusan orang lain?.” Kata Gwen. “seharusnya kau senang bukan, kalau Elise dengan Ken itu berarti kau memiliki kesempatan yang lebih besar bersama dengan pangeranmu itu.” Kata Gwen. Mata Gwen terbelalak menatap sesuatu, Ruka menyadarinya dan menatap kearah tatapan Gwen, ia kaget.

“kau tahu Elise adalah milikku, aku akan mengajarimu caranya sopan santun pada pureblood.” Sentak Ethan dengan penuh kemarahan dan mengeluarkan taringnya. Gwen diam tidak bergeming dalam ketakutannya.

***

“apa kau lelah?.” Tanya Ken melihat kondisi Elise.

“aku hanya sedikit tidak terbiasa.” Katanya.

Ken mempercepat langkahnya seakan tidak memperdulikan Elise. “aku ingin tugas ini segera berakhir.” Katanya. Langkahnya terhenti, ia menatap sesosok pria yang wajahnya sudah berubah setengahnya menjadi monster.

Elise terbelalak setengah ketakutan. “kenapa ada makhluk seperti itu?.” Tanyanya pada Ken. Ken mengabaikannya dan mengeluarkan pedang yang sedaritadi dipegangnya, ia mendekati vampire level C itu dan menebasnya, Elise hanya memperhatikannya dari jauh. Vampire itu berhasil menghindari tebasan dari pedang Ken, ia mendekat ke arah Elise. Elise diam tidak melakukan apa-apa.

Ada apa denganku?. Tanyanya dalam hati. Vampire itu mencakar Elise, beruntung Ken segera menusuknya tepat dijantungnya. Vampire itu lenyap seakan terbakar oleh api.

“apa kau baik-baik saja?.” Tanya Ken yang melihat keadaan Elise bersimbah darah. Elise tidak bergeming, dia hanya merasakan nyilu di bagian lukanya. Ken menarik tangan Elise. “ayo!”. Ajaknya.

Elise menahan tarikan dari tangan Ken. “aku takut.” Gumamnya pelan. Ken menatapnya.

“kita harus segera pergi dan mengobati lukamu.” Katanya sembari menggendong Elise yang hanya diam tidak bergeming.

Ken membawa Elise kesebuah penginapan tua, ia menyewa kamar disana. Ia mendudukan Elise diatas tempat tidur. “tempat apa ini?.” Tanya Elise.

Ken membuka jaket Elise dan melihat luka ditangan Elise, ia memejamkan matanya. “sebaiknya kau mandi dulu.” Katanya, kemudian berdiri. Ia membalikkan badannya dan membuka matanya yang sudah berubah keemasan.

Elise memeluk Ken dari belakang. “aku…” gumamnya, ia tidak melanjutkan kata-katanya. Elise terisak.

Ken membalikkan badannya. Mendorong tubuh Elise menjauhinya. “mandilah.” Perintahnya. Meninggalkan Elise sendiri di kamarnya.

***

Ken membuka kamar, ia melihat Elise sudah duduk di tempat tidur. “coba kulihat lukamu.” Katanya sembari memegang tangan Elise.

“jika aku bukan pureblood, apa akan terjadi perubahan?.” Tanya Elise.

Ken terdiam sebentar. Ia mulai mengobati luka Elise. “untuk apa kau bertanya, itu sudah terlambat.” Katanya.

Elise menggeleng, ia seperti sedang merasakan sesuatu yang lebih sakit dari lukanya di dadanya. “tidak, jangan seperti itu.” Katanya.

“tidak akan ada yang berubah.” Kata Ken menatap Elise.

Elise menatap Ken. Ken mengobati luka Elise. “Ken, terimakasih.”

“itu terlalu berlebihan.” Kata Ken setelah selesai mengobati luka Elise. Ia berdiri. “pakai jaketku, itu akan membuat darahmu tidak tercium.”

“aku mau tetap disini sebentar.” Cegah Elise. “kumohon.” Katanya. Ken menatap Elise. “aku mulai lelah dengan semua ini.”

Ken mengangguk. “baiklah, istirahatlah. Aku akan pergi sebentar.” Katanya meninggalkan Elise.

***

Ken mengetuk pintu sebuah rumah tua. “siapa?.” Terdengar suara seoarang pria dari dalam rumah tua itu.

“aku Ken.” Katanya.

Pintu itu dibuka, terdengar suara gesekan dari pintu itu akibat engsel yang sudah cukup tua. Seorang pria tua muncul dari balik pintu tua itu, mungkin umur pintu itu sama seperti pemiliknya.

“Ken?.” Tanyanya setengah tidak percaya, ia memakai kacamatanya. “benar kau itu?.” Tanyanya.

“benar.” Jawab Ken sambil memeluk pria itu. “aku senang dapat mengunjungi ayah.” Katanya. Sambil berlinang air mata.

“ayo masuk!.” Ajaknya.

Mereka berdua duduk berhadapan dengan menggunakan kursi kayu. Rumah itu lebih tampak seperti rumah yang sudah di tinggalkan oleh pemiliknya karena sangat berantakan. “bagaimana kabarmu?.” Tanya Ken.

Ayah tersenyum. “apa kau tidak melihatnya?. Aku sangat baik. Aku dengar kau kembali kemari tahun lalu?.” Tanyanya.

Ken mengangguk. “aku bersekolah.” Jawabnya.

“ibumu?.” Tanyanya.

“ibu sudah meninggal.” Jawab Ken. “aku kemari untuk memberitahukan ini pada ayah.”

Mata ayah berlinang air mata. “aku masih tetap merasakan ibumu disini.” Ia memegang dadanya. “aku selalu merindukannya.” Katanya lagi.

“ia akan senang memiliki ayah.” Kata Ken.

Ayah menggeleng. “ia pasti ketakutan saat ia tahu kalau ayah vampire, ia lari meninggalkan ayah.” Katanya.

Ken menggeleng. “tidak, disisa hidupnya, ia terus memikirkan ayah.” Jelas Ken.

Ayah memandang Ken. “alangkah baiknya jika kau anak manusia.” Katanya.

Ken menatap ayahnya dalam-dalam ada rasa sedih dalam dirinya, teramat besar membuatnya tidak bisa menagis. Ia berdiri. “aku harus kembali, temanku sedang menungguku.” Katanya. Lalu berlari keluar tanpa sempat menatap ayahnya. Ia sudah tidak sanggup mendengar kata-kata dari ayahnya lagi. Ken berlari keluar secepatnya, ia menghentikan langkahnya, nafasnya tersengal, matanya berlinang air mata. Ia menyenderkan punggungnya di tembok yang membuat beku seluruh badanya. Ia memegang dadanya, ia merasakan ada sesuatu seperti mau meledak didalam sana yang tidak dapat ia ucapkan hanya dengan kata-kata. Terlalu sakit.

to be continued…. 

 

Note:
Beri komentar yah, jangan copas. Kalau mau menampilkan di blog Anda silakan beri link hidup, capek tahu buatnya.. hufff.. ini buat yang mengerti, jadi kalau kalian mau bangga sama blog kalian jangan ngambil milik orang lain, aku bangga sama tulisanku meskipun tidak terlalu bagus karena ini orisinil. Aku prihatin sama banyak orang yang malah tidak mengerti apa itu hak cipta, dari pengalaman yang pernah aku baca bahkan para author memutuskan untuk tidak melanjutkan karya mereka karena karya mereka di tampilkan tanpa seijin atau malah di diakui oleh orang lain. Yang rugi malah para pembaca sendiri. Aku sebagai pembaca dan juga penulis baru merasa kecewa, tapi aku percaya kepada kalian para pembaca.

 

Leave a comment